Menyimak Fakta Feminisme Dalam Islam

Feminisme kerap dipandang sebelah mata dalam sudut kajian Islam, bahkan kebanyakan aktivis dan para pejuang hak-hak gender juga menyatakan bahwa feminisme bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak sejalan dengan apa yang telah di syariatkan. Oleh sebab itu, sulit rasanya bagi sebagian orang yang mungkin berada di tengah-tengah prinsip feminisme dan ajaran Islam yang kental. Disamping itu, adanya banyak hadist atau ajaran kitab kuning yang menetapkan perempuan berada pada tingkatan terendah setelah kaum laki-laki yang mana kerap dipandang lebih kuat juga menjadikan sebuah polemik.

Dikutip dari hasil notulensi kuliah umum tentang Jurnal Perempuan, terdapat seorang pembicara yang menyampaikan anggapannya mengenai penyatuan ajaran Islam dan feminisme. Beliau mengungkapkan bahwa terdapat hibridasi antara keduanya, yakni Islam dan Fenimisme. Oleh sebab itu, terdapat beberapa penyesuaian mengenai feminisme dengan ajaran Islam yang disyariatkan. Adapun syarat pelaksanaan feminisme hibridisasi ialah Al-Quran, Hadis dan Fiqih. Pemahaman mengenai hal ini tidak cukup hanya dipahami secara tekstual, melainkan harus dikaji lebih dalam lagi atau secara konstekstual sama halnya dengan Al-Quran yang harus ditafsirkan terlebih dahulu sebelum menerapkan ayat-ayatnya sebagai pedoman dan aturan dalam menjalankan kehidupan beragama.

Mengenai perdebatan atau cocok tidaknya feminisme dengan ajaran Islam telah berlangsung sejak beberapa tahun yang lalu. Terdapat banyak pemuka agama dan ulama yang menganggap bahwa feminisme dalam Islam merupakan sebuah kontradiksi, hal ini dikarenakan adanya anggapan yang meyakini bahwa penempatan derajat laki-laki berada di atas kaum perempuan. Disamping itu, terdapat pula pendapat lain yang mengatakan bahwa Islam tidak menempatkan perempuan dalam tingkat yang lebih rendah dibandingkan kaum laki-laki, justru sebaliknya karena Islam dianggap sebagai agama yang memuliakan perempuan. Dari adanya dua anggapan yang berbeda mengenai fenimisme dalam Islam, maka dapat diambil kesimpulan atau titik tengah bahwa sebenarnya Islam ialah agama yang menghormati kaum perempuan dan sama sekali tidak menganggap rendah suatu kaum manapun. Disamping itu, inti permsalahan yang sebenarnya mengenai feminisme sebenarnya hanya terletak dalam hal interpretasi patrialkal dari sudut pandang keagamaan.

Dalam dunia global, pada dasarnya feminisme telah berhasil menyumbangkan beberapa kemajuan. Seperti misalnya yakni mendukung advokasi hak-hak dan perlindungan perempuan, mendukung terciptanya kesetaraan gender dan berbagai wujud keadilan sosial pada kaum perempuan yang ditetapkan dan didasarkan pada ajaran dan syariat Islam. Meski didasarkan atas ajaran Islam, namun pelaksanaan dan pengembangannya, terutama pada saat ini tetap disesuiakan dengan situasi, wacana sekuler, aliran barat dan keberadaan umat non-muslim di kawasan negara Islam minoritas.

Tokoh-Tokoh Feminisme Internasional

Adapun beberapa wanita di bawah ini ialah tokoh feminisme yang banyak memberikan pengaruh terhadap gerakan feminisme di taraf global atau internasional.

  1. Fatima Mernissi merupakan seorang penulis asal Maroko yang berhasil meraih penghargaan Nobel Peace Prize Shirin Ebadi dari Iran.
  2. Akademisi Islam asal Amerika serikat seperti Asma Barlas, Leila Ahmed dan Amina Wadud yang beberapa waktu yang lalu sempat menghebohkan dunia karena dirinya berhasil menjadi Imam shalat jemaah dengan makmum laki-laki dan perempuan.

Tokoh-Tokoh Feminisme Indonesia

Disamping beberapa wanita atau tokoh feminisme di atas, terdapat pula tokoh lain yang khususnya banyak berkiprah atau memberikan pengaruh bagi gerakan feminisme di Indonesia. Berikut ialah beberapa diantaranya:

  1. Shinta Nuriyah, beliau merupakan sosok wanita tangguh mantan Ibu Negara Indonesia atau istri dari Presiden Abdurrahman Wahid yang kerap disapa Gus Dur. Beliau memulai kiprahnya dalam dunia feminiame sejak menafsirkan kembali isi dan makna kitab kuning agar mudah dipahami dan lebih inklusif terhadap perempuan dalam konteks Islam.
  2. Siti Musdah Mulia, beliau memberikan sumbangan terhadap feminisme sesuai dengan jabatan dan bidangnya sebagai ahli ilmu Fiqih.
  3. Maria Ulfah Anshor sebagai tokoh feminisme yang berasal dari kalangan aktivis hak-hak reproduksi seksual perempuan.

Itulah beberapa contoh tokoh wanita yang telah berkiprah dalam memperjuangkan feminisme yang dianggap sebagai suatu permasalahan dalam sudut pandang jeislaman.

Selanjutnya, bagi pihak yang telah menganggap bahwa Islam dan feminisme saling bertentangan atau gerakan feminisme tidak sejalan dengan Islam, maka perlu diketahui bahwa sebenarnya Islam merupakan agama yang memuliakan kaum perempuan. Inti dari feminisme pada dasarnya sudah bisa menunjukkan bahwa Islam memuliakan perempuan, sama halnya dengan kemuliaan sebuah ilmu atau pengetahuan. Hal ini terbukti dari pendirian Aisyiah, sebagai devisi perempuan yang berasal dari Muhammadiyah.

Pada tahun 1917, Nyai Ahmad Dahlan berhasil mendirikan Aisyiah sebagai bagian dari devisi dari Muhammadiyah yang berhasil didirikan oleh Suaminya, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau mulai mendirikan Muhammadiyah setelah lulus sekolah di Kairo dan mendapatkan inspirasi dari seorang cendekiawan asal Mesir, Muhammad Abduh yang notabene merupakan akademisi feminisme pertama kala itu. Dalam hal ini, gagasan yang dapat diadopsi oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan ialah pelarangan poligami dan pernyataan menegnai pembagian hak warisan yang sama antara kaum laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, gerakan feminisme sebenarnya telah masuk ke Indonesia sejak puluhan tahun yang lalu sebelum sampai pada saat ini yang dianggap sebagai sebuah pertentangan ataupun wujud penyimpangan. Mengenai informasi dan pemahaman lebih lanjut tentang feminisme dan Islam, Anda bisa menyimak melaluiĀ  https://wajibbaca.com/.

Previous post Cara Menyeduh Kopi Robusta Dengan Benar Dan Nikmat
Next post Apakah Burung Bangau Makan Ikan Saja?